Jelek Rupa dan Konstruksi Estetika Rezim Kegantengan

Oleh: Praba Nindita
(Ketua Komando Revolusi SastraSosiologi)

Jadi untuk menumpuk postingan mas Haris El-mahdi yang menandai laman Facebook SastraSosiologi, saya mau posting ulang kultwit (lebih tepatnya menggunjing saya sendiri) beberapa hari lalu, yakni tentang "Jelek Rupa dan
Konstruksi Estetika Rezim Kegantengan".

1. Selamat pagi cermin ajaib, aku masih jelek kan? Hari ini aku akan bergunjing tentang aib sendiri.
2. Loh, aib kok dibuka-buka? Ah gpp, drpd memuji diri sendiri. Hanya Tuhan yang pantas dipuji tanpa perlu Ia narsis.
3. Cermin kapan aku ganteng? Lalu cermin memecahkan dirinya sendiri.
4. Jelek rupa adalah denotasi dari muka yang dianggap dibawah standar estetika rezim kegantengan yg sedang populer.
5. Katakan rezim itu terejawantah dalam fisik muka boyband Korea. Meski rambut dikatakan masuk kriteria, tapi...
6.a) ...kulit sawo busuk, bibir dower, alis gak beraturan dmbl* (tanpa oplas lho) tidak sesuai dengan standar muka korea. Jadilah aku jelek.
6.b) *dmbl: dan masih banyak lagi.
7. Konsepsi estetika tubuh ini, ditentukan oleh budaya populer. Dikonstruk bukan alamiah.
8. Pada poin 4, dikatakan denotasi, tapi tidaklah mengurangi jejak ideologisnya. Ia hanya merupakan diri seolah pengertian alaminya.
9. atau penandaan pertamanya. Katakan saja sementara terbakukan. Hanya mengandaikan, sebagai pembeda saja.
10.a) Jadi denotasi adalah konotasi yang terakhir. Yang mampu menyembunyikan jejak ideologisnya*
10.b) * selengkapnya baca Marina Camargo Heck, The Ideological Dimension of Media Messages.
11. Ketika, "aku ganteng secara denotatif". Itu hanya bermakna kini. Bisa jadi tidak pd masa lampau atau mendatang.
12. Begitu juga sebaliknya, kejelekan jg sama. Jelek hari ini, tdk berarti absolut. Tergantung ke mana waktu bergulir, memberi peluang perubahan.
13. Saya tahu diri, saya jelek. Tapi apa yg
membuat saya tabah dan sabar?
14. ...adalah bertahan pada Derrida yg saya ngasal modif: "jelek adalah ganteng yang tertunda".
15. Atau kata Mahalli Hatim Nadzir , "pesek adalah mancung yang tertunda".
16. Pada masanya, artis2 korea itu bakal oplas mirip-miripin muka saya. Asal gak keburu kiamat aja.
17. Pada masanya, jgn heran kalo muka2 seperti saya sering muncul di tv. Dipuja groupist. Asal...itu tadi.
18. Biar keburu, perlu adanya revolusi
menumbangkan rezim kegantengan yang sedang populer. Tumbangkan Deni Luqmana!
19. Percayalah, cermin tidak menampakkan apa-apa yg bermakna, tanpa dimensi ideologis. Pemantulan tanpa penampakan.
20. Akhirnya cermin ajaib buyar menghambur jadi puing-puing beling. Tapi kalau aku ingat2 pernah dipanggil ganteng. Tapi siapa ya?
21. Ternyata satu2nya yg manggil aku ganteng adalah kaskuser. Sering itu mereka panggil aku, "___ gan." Alangkah senang hatiku, tak perlu cermin ajaib.
22. Hehe, "Gantengku adalah ganteng konotatif", bedakan dgn ganteng progresif ala Aben
23. Wes lego. Diakhiri sponsor ya gan: follow @sastra_sosiolog atau like laman facebook SastraSosiologi (end)

Posting Komentar

0 Komentar