Cemburuku, Kata!

Kau seolah batu nisan pada kuburan pertamaku
Mengapa aku tidak menjadi kata dalam puisimu
Yang kau tulis di kereta antara Berlin dan Heidelberg
Selalu saja tertinggal, di pusara dua musim

Lalu kulihat lautan memisah pulau
Ilmuan menyebutnya samudra Pasai
Bagiku selat tunggal, berbibir pantai sabana hijau
Ladang para kasih bercocok tanam

Parau suaraku berteriak
Mengirim gelombang suara sejauh tak terukur
Penyair tak menyanggupi
Gambaran rindu berjauhan
Terbelah mimpi dan ilusi

Semu rasa diri ada
Imaji melaut menggelombangkannya
Hanyut bersama makna
Cemburu pada kata.

Posting Komentar

0 Komentar