Catatan Harian
Saat Pemikiran Wanita Didekonstruksi
MALANG, KAV.10 - Bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Fordimapelar (Forum Diskusi Mahasiswa Penalaran) salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di U menggelar acara peringatan hari jadi yang ke-31. Acara Dies natalis ini diperingati dengan menggelar Talk show bertajuk“ Rekontruksi Pemikiran atas Wanita Indonesia”. Tak hanya itu saja, sebelumnya, UKM yang bergerak di bidang penalaran ini juga menyelenggarakan lomba penulisan essay dan karikatur dengan tema serupa.
Menurut Moh. Abd. Fatah, ketua pelaksana kegiatan, Peringatan Hari Kartini ini merupakan momen yang pas untuk tema kegiatan kali ini. “Yah, kami berharap dengan adanya acara ini wacana tentang perspektif gender di Indonesia dapat dikembangkan. Selain itu, eksistensi UKM Fordimpelar ini juga semakin meningkat,” tutur mahasiswa FISIP UB ini.
Acara yang dihadiri berbagai tamu undangan dari berbagai UKM dan beberapa universitas ini, dihipnotis oleh 2 orang pemateri yaitu Haris el Mahdi dan Titin Hidayati. Kedua pemateri tersebut tidak lain adalah anggota purna Fordimapelar.
Haris el Mahdi, sebagai pemateri pertama menyampaikan materinya tentang “Perempuan antara Barat dan Timur“. Dalam pemaparan pria tambun ini, Feminisme merupakan paham yang bergejolak pada wanita yang menentang pria. Artinya, kedudukan wanita selalu dinomorduakan dari kedudukan pria.
Hal inilah yang menjadi topik pembahasannya. Di mana bangsa barat lebih menganggap wanita sebagai ‘the other’ karena selalu menggunakan perasaan dan tubuhnya sehingga dianggap subyektif dan belum mampu menalar dengan baik. Berbeda dengan pandangan bangsa timur, dimana masyarakat timur tidak pernah mempermasalahkan co-existency laki-laki dan perempuan.
Berlanjut ke tema selanjutnya, “Hegemoni Kekuasaan dalam Pencitraan Kepemimpinan Perempuan“. Tema ini dipaparkan oleh Titin dengan ringan dan lebih menitikberatkan pada implementasi dan sentilan-sentilan kritis tentang ibu Kartini beserta kisah sejarahnya.
Dalam sesi kedua tersebut, wanita berjilbab ini menyampaikan berbagai kisah yang belum banyak orang ketahui seperti pejuang pendidikan kaum wanita di Padang Pajang, umi Rahmah. Beliau mendirikan sekolah berbasis agama. Sayangnya, kisah dari umi Rahmah sendiri tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia sendiri. Malah, lebih mahsyur di negara-negara tetangga. Selain kisah Umi Rahmah, masih banyak kisah yang beliau paparkan tentang pejuang-pejuang wanita di Indonesia lainnya yang tentu semakin menginspirasi
Tak hanya acara Talk show dengan tema yang pas saja yang membuat acara ini semakin menarik. Pembagian hadiah bagi para pemenang lomba di ujung acara menjadi momen spesial bagi para juara. Tak terkecuali bagi Mahalli, mahasiswa jurusan sosiologi peraih juara pertama lomba penulisan essay.
Essay karangan mahasiswa asal Madura yang berjudul “Dekonstruktif Kelamin Bahasa” ini mampu memikat hati para dewan juri. “Ini merupakan Essay paling serius yang pernah saya buat. Saya dapatkan Inspirasinya dari bahasa arab yang menggunakan huruf berbeda untuk menerangkan antara lelaki dan wanita,” ucap mahasiswa yang karyanya telah melanglangbuana di berbagai media massa ini.
Essay yang dibuat untuk menghilangkan oposisi biner antara penggunaan bahasa bagi lelaki dan wanita ini, ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menciptakannya. Lelaki berkumis ini juga berharap dengan adanya acara ini kaum wanita tidak cenderung pesismis dengan paradigma status sosial perempuan yang terletak di bawah lelaki. (ang/phr)
Dicatut dari: http://kavlingsepuluh.blogspot.co.id/2012/04/saat-pemikiran-wanita-direkonstruksi.html
Posting Komentar
0 Komentar