Kekasih Tuhan

Cahaya bulan tanggal 16 Syawal menggantung dan masuk melalui jendela kaca, seperti rambatan benang katulistiwa dari Sabang sampai Merauke. Mungkin bulan tengah bersiap-siap mencuri hati seorang perempuan yang sedang bertelanjang muka. atau mungkin bulan sedang melepas dahaga rindu setelah empat malam sebelumnya dirinya tertutup mendung yang pura-pura menurunkan hujan bahagia tapi nyatanya malah rintik-rintik duka.

Bulan sering cemburu melihat pacar khayalannya itu diselingkuhi matahari di waktu siang atau dibelai angin yang tak tahu siang malam.

Bulan sangat senang malam ini ia dapat melihat sang kekasih. Membelai dengan senyum sinarnya, meskipun ia tidak dapat mengungkapkan rasa yang kembali menghangat dalam hatinya, hingga bekas retak akibat terbelah oleh anak manusia atas izin Tuhannya dulu kini mulai retak kembali. Tapi ia tak khawatir, apabila nanti ia pecah atau bahkan melebur, ia sangat senang apabila hal itu diakibatkan oleh cinta pada kekasihnya. Ia akan menaburi kekasihanya dengan leburan tubuh yang bersinar.

Perempuan sang kekasih bulan itu duduk dalam ruang penuh benci, beratapkan iri dan dengki, berdinding kulit buya mati suri. tetapi ia bukan tahanan KPK akibat kasus BLBI, atau tahanan yang menunggu hukuman mati sebab kasus penyelundupan sabu-sabu tingkat tinggi. Ia adalah anak juragan ikan tongkol yang tinggal di pesisir pantai. ia tak merasa sedang ditatap bulan. Pikirannya melayang bersama angan, tentang masa lalu, kekasih yang dulu pergi menghilang tak kembali, ia tak mengharap ganti karena ia tak dapat berpaling untuk singgahi hati yang lain.

Bulan sangat sedih melihatnya. ia tak tega mencuri hati yang sedih, hingga ia urungkan niat awalnya, karena ia bukan pecundang yang tak tahu arena dan sistem bermain yang benar. Ia akan mencari cara lain untuk mendapatkan hati yang murni karena cinta, seperti menangkap ikan kecil di air yang dangkal bagaimana airnya tidak sampai keruh.

Malam semakin larut. Bulan meninggi meninggalkan puncak gunung Timur, tapi ia tidak seperti pejabat yang naik pangkat makin tinggi malah semakin sombong, gaji semakin besar, perut buncit lupa daratan hingga minta porsi tambahan. Bulan memang lelah tapi itu sudah terobati oleh wajah renung sang kekasih khayalan.

Perempuan itu beranjak dari tempat duduknya. Rupanya aliran darahnya tersendat-sendat akibat duduk mulai sehabis isya' sampai tengah malam. Ia mulai bersiap membaringkan tubuh semampainya. Ingatannya akan sang kekasih belum juga hilang, tapi ia tak mengharapkan ingatan itu hilang, karena ia akan mengingatnya sebelum tidur hingga dewi tidur menyatakan khayalannya dalam dunia mimpi. Indah rasanya kembali ke masa lalu yang indah bersama pujaaan hati. Lebih senang lagi jika tak hanya sekedar mimpi. Ia tidak mau keluar dari alam penuh kebahagiaan. Penglihatanya menyusuri sekeliling. Ia tak melihat seorang pun selain ia dan kekasihnya. Tak tahu mana arah barat dan timur. Semuanya serba putih. Yang ada hanya hamparan pasir, hingga ia menyangka tempat itu pantai sebelah selatan rumahnya. Ia tidak tahu sedang berada di mana. dalam alam berbentuk kubus tapi tak bersudut tiga dimensi, atau berbentuk bola tapi ia tak melihat jari-jari atau bahkan diameternya. Ia melihat sang kekasih duduk di samping kanannya tersenyum, lalu menghilang. Persis seperti senyuman tiga tahun yang lalu di dermaga, sebelum ia ditinggal pergi jauh. Ia terlempar dari alam yang jauh dari sadar. pori-porinya mengembang dan berkeringat diiringi dentuman keras jantung memecah keheningan malam. Hembusan nafas yang ia hirup dalam-dalam keluar bersama rasa tegang. Ia bangun di sepertiga malam, saatnya menghadap Tuhan. Bantal dan selimut merayu untuk meneruskan perjalanan di atas ranjang. Tapi ia sadar itu hanya alat-alat setan agar manusia lupa Tuhan.

Hembusan angin meniup ranting-ranting pepohonan bersuara khas larut malam. Perempuan itu tertatih-tatih di atas undakan menuju jeding. Bulan setia menemani dengan senang hati, meskipun cahaya bulan hanya pantulan sinar matahari. Ia melihat air seakan mencengkram dengan dingin. Tapi ia langsung enyahkan dengan kehengatan rindu pada Tuhan. air telah membasahi seluruh anggota wudlu'nya. ia kembali dengan kesegaran bersama ketenangan malam. Sajadah menyambut dengan hamparan hijau keikhlasan. Ia terbuai oleh kasih dan sayang Tuhan. Tetapi ia tak bisa mendustai akan adanya cinta pada selainNya. Ampunan terus ia panjatkan. Sungguh Tuhan Maha Penyayang.

Ia curiga dengan tatapan bulan, karena bulan tak bersinar seperti biasa. Bulan tersenyum karena ia merasa mendapatkan tanggapan atas cintanya yang plural. Cahayanya mengembang membiaskan segalanya. Menghijaukan jiwa yang telah lama kering. Mengajak bakau menari bersama bayangan nelayan yang merayap di hamparan pasir pantai. Menjanjikan keindahan. Mengalahkan lampu minyak nelayan. Angin pun bertiup menyanyikan lagu mimpi indah malam. Tapi perempuan itu tak menghiraukan. Ia meneruskan bacaan yang sering bulan dengar tiap malam. Bulan tersinggung, seakan alif dan lam menusuk hatinya dari balik kerudung perempuan itu. Hingga ha’ pun menyusul dan menghancurkan tubuhnya. Ia menyangka Lailanya telah menemukan Majnun selain dia. Tapi ia salah, kekasihnya itu telah berselingkuh dengan Tuhan. Apa daya bulan? ia hanyalah sebagian kecil dari tanda-tanda kekuasaanNya.

Posting Komentar

0 Komentar