Catatan Harian
Partelon
Beberapa tempat aku sebut Partelon, bahasa Madura dari pertigaan, simpang tiga jalan. Tempat-tempat itu di antaranya: Partelon Prenduan, Partelon Yayasan PP. Annuqayah, dan Partelon Lapangan Pakamban Laok. Semuanya adalah tempat bersejarah yang menyisipkan banyak kenangan buatku. Tak terlupa hanya karena aku pernah singgah di beberapa Partelon lain. Banyak kulihat, di seluruh tempat setelah aku ke Bandung yang merupakan jangkauanku paling jauh di arah barat dan dan Bali di arah timur, aku selalu mengingat jika lewat di sebuah Pertelon. Mengingat tiga Partelon bersejarah dalam hidupku membuatku ingin cepat kembali pulang. Barangkali ini salah satu faktor mengapa aku selalu rindu kepulangan.
Mungkin bagi banyak orang, entah pejalan kaki atau pengendara, tak mempedulikan di mana telah lewat dan pernah singgah. Memang bisa dianggap remeh. Apa untungnya jika setiap kali kau lewat di sebuah Partelon, kau mem-flahsback cerita lama dalam hidupmu hingga membuatmu bosan karena memantul-mantulnya kenangan? Tak ada. Nihil. Lebih baik kau melupakan persimpangan jalan. Sebab persimpangan adalah tempat di mana pengembara sering ragu ke mana hendak melangkah melanjutkan perjalanan.
Itu saranku buatmu. Tapi jika cinta pertama telah memberimu banyak tinta untuk menulis, maka tuliskanlah sekuat mungkin Partelon itu, persimpangan jalan itu, simpang tiga itu. Dan semua hal, tempat, waktu, catatlah hingga ia menjadi tulisan dalam dirimu. Seperti lukisan pada kanvas kekal, seperti itulah tulisan agung dalam hatimu, goresan tinta pemberian cinta pertamamu.
Siapa tahu, suatu saat kau banyak berjumpa Partelon di Jerman dan Perancis. Aku yakin itu.
Posting Komentar
0 Komentar