Surat Buat Purnama

Tak sekedar simultanitas perubahan waktu. Bukan pula perubahan siang dan malam yang bergantian terus menerus tanpa henti. Atau kebingungan senja kenapa harus mengganti siang yang terik.

Aku bingung, Radliyah. Denganmu aku membawa petaka malam. Di saat dingin menghantui di kala malam, ada sesungging senyum menyapa kesendirian waktu dalam ruang rindu. Aku ingat tidurmu pada pundak ketinggian janji. Aku ingat desahmu pada keberingasan ego. Mereka telah melatih kita untuk selalu bisa memahami, bahwa kutukan tak lebih dari kekosongan yang harus ditinggalkan di sudut kebencian.

Posting Komentar

0 Komentar