Catatan Harian
Singgungan Salam Senja
"Kamu berbicara tentang Pram, seolah paling ngerti Pram. Kamu berbicara tentang Marx, seolah satu-satunya yang paham Marxisme. Padahal yang kau lakukan cuma menyitir dari sana-sini. Kau menuhankan pengetahuan, tapi hanya sebatas yang kau baca dan lalu berhenti di titik itu. Tak ada dialektika. Tak ada sikap kritis. Kau memuja tokoh seolah dia Tuhan, dan menutup mata akan setiap kekurangan. Naive! Tapi ya begitulah kau, bangga dengan apa-apa yang hanya sedikit kau mengerti tapi sombong seolah paling [me]ngerti. Kalau ujung-ujungnya cuma menyitir dari sana-sini, eksistensimu pun nyaris tiada guna. Mana pemikiranmu? Terlepas dari khotbah hafalanmu dari buku-buku yang kau kira cuma kau yang baca?"
Pradipta ternganga, makiannya tertahan di ujung lidah. Dia menghela nafas, sadar bahwa kritikan kadang menyakitkan.
*Silakan berlalu dari cuplikan cerita yang tak selesai ini, selamat Senja!*
Pradipta ternganga, makiannya tertahan di ujung lidah. Dia menghela nafas, sadar bahwa kritikan kadang menyakitkan.
*Silakan berlalu dari cuplikan cerita yang tak selesai ini, selamat Senja!*
Cuplikan di atas berasal dari status Facebook Ezekiel Iffah Hannah, sore-sore saat saya baru selesai bekerja memanen jagung dan menggantinya dengan kacang hijau, sambil membaca buku saya membuka Facebook, ia berceloteh seolah di depan saya. Ia tahu segalanya apa yang saya lakukan dan pengaruh buku yang hanya menjadi bacaan. Saya tersinggung. Tak jadi marah dan berbalik respek pada apa yang ia katakan. Barangkali, ini juga akan membuat banyak orang terpukul. Dan mengubah haluan pembacaan mereka pada buku.
Sedangkan di sisi lain saya teringat dengan banyaknya kasus copy paste yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar lainnya. Modusnya adalah menyelesaikan tugas kuliah dalam waktu yang singkat. Tak berbanding lurus antara deadline dengan banyaknya lembaran yang harus diseleksaikan. Entah.
Posting Komentar
1 Komentar