Esai
Tentang Emergency-nya Paramore
Bagi saya, Paramore menarik tak bisa diungkapkan
dengan alasan sesisi saja. Banyak sisi yang akan terlupakan dan saya menjadi
sangat naif dalam menilai. Saya tak memberi kesungguhan dengan kata sumpah atau
meyakinkan dengan sangat ngotot sekali. Biarlah penilaian saya mentah di banyak
pandangan. Seperti malam ini di sela-sela menulis banyak tugas kuliah,
tiba-tiba saja saya ingin mengungkapkan sesuatu, apapun itu, tentang Paramore
dan beberapa lagunya.
Malam ini tentang Emergency. Saya tidak melepaskan
banyak tafsiran ataupun makna yang ingin disampaikan oleh si penulis syair.
Sebagai seorang penikmat musik, entah saya mendengarkan dengan seksama atau
tidak, banyak kebahagiaan yang saya rasakan.
“I think we have an emergency...” Begitulah
lagu ini dimulai. Penggambaran kondisi suatu ruang di mana sangat darurat
sekali sehingga rasa terancam itu benar-benar dimiliki. Siapa yang akan
menyentuh rasa terancam dalam ungkapan Emergency ini kecuali si perasa sendiri?
Si pemilik rasa terancam itu?
“If you thought I'd leave, then you were wrong...”
Seperti ungkapan penyesalan. Penyesalan dalam ungkapan lagu ini sangat sempurna
sekali. Dimensi timbal balik muncul, mengapa ada akibat? Ya karena adanya
sebab. Di sinilah seakan ingin disampaikan bahwa kehati-hatian begitu sangat
penting untuk diperhatikan dan dilakukan.
“Cause I won't stop holding on...” Kondisi atau
kejadian ini menurut saya ada pada waktu sebelum terjadi rasa bersalah hingga
terancam (Emergency). Sehingga juga muncul pertanyaan-pertanyaan semisal, “So
are you listening? So are you watching me?” Perasaan mencintai cenderung
memeriksa, mempertanyakan, bukan menjustifikasi demi pengungkapan salah dan
benar. Seperti yang terlihat dalam pertanyaan-pertanyaan ini. Meski kadang
pertanyaan mentendensikan pernyataan, tapi kedengarannya lebih halus bila
berbentuk pertanyaan.
Ketidakmampuan untuk mengungkapkan keluhan bisa
digambarkan melalui penjelasan mengenai kondisi. “This is an emergency...”
Meski kata ini lebih berbentuk konfirmasi atas kalimat pertama dalam lagu
Emergency ini, tapi ini menurut saya sekedar penguatan saja terhadap apa yang
sedang terjadi. Pengulangan dengan beberapa kali teriakan tak kan menyadarkan
apapun kecuali bagi orang yang seperasaan dengan sang pengungkap rasa dan kondisi.
“And I can't pretend that I don't see this...”
Kejujuran begitu penting. Hingga ketersingkapan dapat dikuak dan dikemukakan,
ditemukan dalam kondisi telanjang itu lebih baik daripada terbungkus rapi
menyimpan banyak rasa bahaya di situasi yang tidak memungkinkan untuk
menghadapi maslah sendirian berupa ancaman.
“It's really not your fault...” Seperti yang
saya jelaskan tadi, urusan cinta bukan di ranah benar dan salah, namun lebih
pada pelampauan atas keduanya. “When no one cares to talk about it, to talk
about it...” Krisis kejujuran dalam menggambarkan dan menceritakan sangat
tampak di sini. Seseorang mampu dan berpotensi menggunakan bahasa sebagai
kebohongan, sedangkan ungkapan tentang kepedulian hanya akan menjadi tameng
penutup ketidakpedulian yang berentetan sebelumnya.
“Cause I've seen love die. Way too many times, When
it deserved to be alive...” Rasa ingin menjaga selalu ada. Hingga cinta
lebih utama dengan kesinambungan. Bukan bersikap nomaden. Meski cinta
benar-benar mati, minimal harapan untuk mempertahankannya dalam keadaan hidup
itu masih ada.
“I've seen you cry. When you deserve to be alive,
alive...” Tangisan berbentuk karena ada dua hal ekstrem, bahagia dan duka.
Larut dalam tangis duka menyimpan banyak rasa pesimis luar biasa. Tak jarang pesimisme
dapat menghilangkan hidupnya harapan. Dalam terminologi sufi, tubuh benar-benar
mati bila tubuh itu menyimpan pesisme fatal, hidup tanpa harap itu sama dengan
mati tanpa kuburan.
“So you give up every chance you get. Just to feel
new again...” Ungkapan optimistik selalu direproduksi hingga benar-benar
tertancap kuat. Harapan orang yang mencintai kepada orang yang dicintainya
selalu memuat banyak guna-guna dalam tujuan menyembuhkan.
“And you do your best to show me love, but you
don't know what love is...” Seperti membangunkan orang tidur dari lelap
mimpinya akan kematian cinta, ia harus diberi masukan berupa apapun saja yang
memuat harapan-harapan baru. Jauh ke depan seperti anak kecil memandang
ketidakberhinggaan.
Nungrancak,
Robatal Sampang, 02/07/2012 2:19:56
Posting Komentar
0 Komentar