Esai
Sedikit Tentang Althusser
Louis Althusser |
Di Avant-Propos: Prawacana dari Penerbit halaman vii, saya temukan kutipan di atas. Sangat begitu terkejutnya, karena saya tak pernah berpikir dan sedikitpun terlintas di pikiran saya bahwa Louis Althusser sampai hati tega mencekik leher istrinya sendiri, Hélène Rytman. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 6 Nopember 1980.
Akhirnya saya tahu pelan-pelan, betapapun cerdas dan energiknya pemikiran seseorang, ia juga mempunyai sis negatif layaknya manusia biasa. Namun hal itu tak membuat minat saya susut untuk terus mempelajari Althusser dan membaca buku yang saya pegang saat itu, Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies. Buku yang diterbitkan oleh Jalasutra ini adalah terjemahan dari Essays on Ideology yang merupakan kumpulan tulisan Althusser.
Sejak pembunuhan itu, Althusser merasa terasing dari dunianya sendiri. Legitimasi keilmuannya memang tak surut begitu saja. Namun keterkungkungan seseorang terhadap lingkungannnya tak bisa dielakkan. Bagaimanapun seorang individu lahir, berkembang dan besar, tetap saja ia ‘dimiliki’ oleh alam di sekitarnya, tempat ia tinggal dan hidup. Begitu pula seorang Althusser. Baik media dan ‘diri’-nya sendiri yang memojokkannya akibat kerjadian itu, ia merasa tertekan dan sakit. Meskipun ia tak divonis bersalah oleh pengadilan beberapa saat setelah pembunuhan itu, karena tak ada bekas cekikan di leher istrinya, tapi ia tetap trauma.
Akhrinya ia tinggal di rumah sakit hingga tahun 1983. Ia bermukim di utara Prancis, hidup terisolir dari semua pihak, kecuali sebagian sahabatnya yang masih peduli dan menghargainya. Ia meninggal akibat serangan jantung pada tanggal 22 Oktober 1990.
Saya menyukai ketertutupan apapun. Karena dengan suka pada eksklusifitas, saya bisa lebih menelisik banyak hal tidak hanya apa yang dipikirkan dan diidekan Althusser atau siapa pun yang saya baca.
Tanggal kematiannya selisih satu bulan dan satu minggu dengan hari kelahiran saya. Hormat saya pada Althusser. Kejujuran intelektualnya, adalah keengganan musuh ideologinya membantah. Saya suka dengan perkataan John Fiske tentang Althusser dalam buku yang sedang saya baca ini, “Gramsci’s theory make the social change appear possible, Marx make it inevitable, and Althusser make improbable.”
Info tambahan di http://id.wikipedia.org/wiki/Louis_Althusser
10:34 WIB Rayon Humaniora, 29 April 2011
Posting Komentar
0 Komentar