Superman Is Dead: Menunda Kehadiran Ubermensch

Superman is Dead (SID) menunda kehadiran Ubermensch yang menjadi konsep manusia Nietzsche. Dalam wawancara dengan Kompas pada 7 Maret kemarin, semakin ditegaskan bahwa SID tak mengenal Adimanusia/Manusia Sempurna seerpti yang ada dalam konsep manusianya Nitzsche. Memang ada beberapa konsep tentang manusia sempurna, termasuk Insan Kamil-nya Al-Farabi.


Secara fitrah, manusia memang tak ada yang sempurna. Namun pada perkembangannya yang diasah oleh sejarah, manusia pun ikut tajam dalam hal apa pun. Meskipun memang masih pada batas-batas kemanusiaannya. Entah disengaja untuk menentang konsep yang dinyatakan oleh Nietzsche atau tidak, SID melihat manusia pada fitrahnya yang lain yang saling membutuhkan. Fitrah inilah yang manusia kurang menyadarinya. Yang ada hanyalah gerak satu arah tanpa melihat arah lain yang perlu dipertimbangakan.


Dalam konsep kemanusiaan Alquran, manusia adalah khalifah fil ardli. Khalifah adalah wakil Tuhan di muka bumi (sering disalahtafsirkan oleh beberapa kelompok keagamaan dengan konsep khilafah atau negara Islam). Namanya juga wakil, tak kan ada wakil yang sekredible yang diwakili. Apalagi dalam konteks ketuhanan. Ini dari sudut pandang teologis. Sebenarnya, memandang manusia, seperti halnya SID melihat manusia dan tampak pada wawancara dengan Kompas 7 Maret kemarin, sudut pandang kemanusiaan menjadi titik tekan awal. Karena persentuhan manusia dengan manusia yang lainnya tak dapat dielakkan.


Kritik terhadap obsesi manusia inilah yang harus dilihat dan dicermati. Manusia boleh menjadi sempurna, namun jangan sampai meninggalkan dimensi kemanusiaannya untuk tetap memanusiakan-manusia seutuhnya. Kemungkinan besar, SID memaksudkan nama Superman is Dead yang mereka ambil sebagai kritik terhadap obsesi itu.

Rayon Humaniora PMII Brawijaya, 8 Maret 2011

Posting Komentar

0 Komentar