Artikel
Menanggapi Persoalan Gizi Buruk
Dalam setiap sejarahnya, manusia selalu
dipersoalkan masalah ekonomi dan perekonomian. Ekonomi menjadi titik sentral
perkembangan sejarah manusia; bagaimana manusia berkembang, sejahtera, dan
memantapkan bagian kehidupan lain seperti politik, budaya dan agama. Kebutuhan
materi, sandang pangan dan papan, merupakan kebutuhan esensial yang pertama harus
dipenuhi. Bahkan, ekonomi menentukan bagaimana cara manusia bertindak, membagi
kelas, dan fungsi-fungsi dalam struktur kemasyarakatannya.
Sejumlah persoalan ekonomi belakangan ini
muncul di berbagai pelosok negeri. Mulai dari kemiskinan, kelaparan, hingga
beragam efeknya seperti kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya menjadi hal
yang biasa terdengar. Jika ditelisik lebih jauh, akar-akar persoalannya adalah
kebutuhan materi, dalam hal ini kebutuhan ekonomi. Salah satu bencana
kemanusiaan akibat kebutuhan pangan yang paling menonjol adalah gizi buruk.
Pada Kamis, 1 Desember lalu, seorang bayi berumur tiga tahun penderita gizi
buruk bernama Dino Saputra meninggal di RSUD Abdul Moeloek Lampung. Dipastikan,
Dino merupakan salah satu dan bagian kecil kasus kematian akibat gizi buruk. Di
tempat yang berbeda dengan kasus yang berbeda pula, banyak bayi, anak-anak dan
tak terkecuali usia dewasa, mengalami hal yang sama dengan Dino. Kasus ini
menunjukkan begitu pentingnya pemerataan kebutuhan ekonomi, terutama pangan,
dalam kelanjutan sejarah edisi kehidupan manusia.
Terlepas dari penanganan kesehatan yang baik
dan cepat, akar dari kasus gizi buruk tak lain adalah kebutuhan makanan.
Masyarakat sangat bisa memilih antara makanan yang baik atau tidak untuk
dikonsumsi ketika kebutuhan ekonominya terpenuhi dengan baik.
Infrastruktur Kehidupan
Uraian di atas menegaskan kembali bahwa ekonomi
menjadi fondasi kehidupan terbawah untuk membangun peradaban manusia. Tesis
determinasi ekonomi ini bertahan sangat lama dalam analisa sejarah manusia dari
sudut pandang ekonomi. Tak dapat dipungkiri, karena sekali lagi, kebutuhan
ekonomi menjadi hal yang paling esensial pada diri manusia. Tak tentu masa dan
zaman.
Analisa dari para ekonom menjadi bayang-bayang
kesejahteraan masyarakat, sebab mereka masih berdiri di atas keyakinan akan
pemusatan modal, yang berujung pada pemusatan kebutuhan dan ketidakseimbangan
pembagian kebutuhan ekonomi. Pemusatan modal menjegal secara paksa akan
pemerataan kebutuhan. Ketidakseimbangan dapat dilihat bukan hanya bagaimana
mode produksi beroperasi, namun juga pada gaya hidup.
Selama ini, ide tentang ekonomi masih menjadi pembicaraan
dan wacana yang melangit. Menjauh dari kehidupan konkret manusia karena hanya
sedikit yang sanggup mengintip jendela fenomena kehidupan nyata. Secerdas apa
pun ide yang dihasilkan, cuma mengawang jauh tatkala ia tak pernah mengenal
proses pembumian. Bagaimana hal ini terjadi? Salah satu penyebab adalah teralihkannya
fokus masyarakat secara umum pada permasalahan politik dan pengejaran
kekuasaan. Hingga ada selentingan bahwa kasus gizi buruk merupakan hal yang
biasa di negara berkembang seperti Indonesia. Heran saja mengapa tragedi
kemanusian dikesampingkan dan dianggap hal ’yang biasa’. Komplikasi yang
dialami negeri ini melupakan kebutuhan esensial masyarakat. Seakan sedang
mengejar obat mujarab untuk menyembuhkan, nyatanya di belakang meninggalkan
sesuatu yang lain yang harus dipertanggungjawabkan.
Bayi-bayi bergizi buruk lain menunggu uluran
tangan kepedulian. Penyelesaian secara individual harus beriringan dengan
kebijakan yang sifatnya struktural. Banyak kebijakan legal-formal yang diambil
oleh pemerintah harus ditegaskan ulang secara praksis. Pemerataan kebutuhan
ekonomi menjadi tindakan yang paling penting sebelum kasus gizi buruk meluas
dan mencapai titik klimaksnya.
Seimbang dengan penanganan kesehatan, yang
bukan hanya dilakukan di rumah sakit ketika bayi bergizi buruk datang, tapi
juga terjun langsung ke lapangan mengantisipasi adanya kasus lain. Pemerataan
kebutuhan ekonomi dalam kasus gizi buruk ini seperti ’lebih baik mencegah
daripada mengobati.’
Mahalli; Peneliti di
Brawijaya Sociological Thought LabSosio Universitas Brawijaya
Alamat: Laboratorium
Sosiologi UB Jl. Veteran no. 37 Gedung
RKB lt. 1 Malang
Email: mahalli.ra@gmail.com
Nomor kontak: +6287859167403
Posting Komentar
0 Komentar