Catatan Harian
Pada Sebuah Sore
Menjelang. Menjelang. Menjelang. Menjelang malam. Tirani
siang hari itu begitu terasa. Salah satunya, malam dicipta sebagai sebuah waktu
yang gelap, atau jika ada bulan hanya ada remang di sana, tapi oleh manusia
dibuat terang seterang-terangnya. Jikalau pun hanya ada bulan tidak ada lampu,
tidak sampai seterang waktu malam. Perbedaan. Di situlah menariknya.
Allah menciptakan siang untuk beraktifitas. Sedangkan
malam agar manusia beristirahat. Entah dengan cara apa, yang penting maksud
istirahat tidak hanya tidur. Mungkin ada yang beristirahat pada siang hari,
tapi beraktifitas pada malam hari. Tidak masalah. Di tempat tertentu, misalnya
di daerah pesisir, yang ditempati para nelayan, mereka rata-rata beristirahat
pada siang hari dan bekerja malam hari. Di terminal-terminal dan perberhentian
bus lainnya, kahidupan masih berdenyut di malam yang larut. Bahkan karena
aktifitas di larut malam itu suatu tempat tertentu menjadi menarik, menjadi
ciri khas.
Perpindahan dari siang ke malam ditandai dengan waktu
yang bernama sore. Matahari hendak terbenam memberikan warna menarik pada
kondisi kehidupan manusia. Saat pagi datang, fajar menyingsing dan semua orang
terkagum-kagum. Jangan heran bila ada istilah Sunset dan Sunrise.
Di saat banyak orang melakukan euphoria terhadap
perubahan siang ke malam dan malam ke siang, ada banyak hal belum selesai dan
ada beragam aktifitas yang jika dilihat jauh dari rasa nikmat. Di Ketawanggede
Kota Malang, dua pasangan renta mendorong gerbong kacang kolop-nya.
Miris. Ada gerak hati yang berontak dan melepuh dalam waktu bersamaan. Mungkin
banyak orang tak kan mengira bahwa mereka berdua itu hanyalah replika dari
sekian banyak pasangan tua atau yang tidak berpasangan di seluruh Nusantara
ini.
Posting Komentar
0 Komentar