Catatan Harian
Masyarakat Tanpa Parkiran
UB hebat banget
ya. Menampung banyak mahasiswa dan mahasiswi hingga puluhan ribu jumlahnya.
Entah bagaimana birokrasi kampus mengaturnya sedemikian rupa, yang jelas
rasanya mumet melihat banyak orang berseliweran dan parkiran penuh hingga
lantai ruang dekan. Ah lebay! Hahaha...
Tadi sampai ada
twit menarik, katanya, “Jomblo jangan pake sepeda motor ke kampus!” Benar
banget itu, karena mengendarai motor sendirian otomatis boros tempat parkir.
Bayangkan, dari empat puluh lima ribu mahasiswa UB, seperempatnya saja adalah
jomblo berkendaraan bermotor. Berarti ada sekitar sebelas ribu tempat parkir
untuk sebelas ribu orang. Waw! Belum lagi yang pakai mobil. Aduh... ini
hitungan bikin mumet betul!
Coba tuh lihat
parkiran FISIP bagaimana penuhnya. Hingga jalan depan Fakultas Teknik
parkirnya. Bahkan lahan dekat Fakultas MIPA pun ditempati parkir motor mahasiswa
FISIP. Barangkali, setahun mendatang lapangan UB samping FISIP pun nanti penuh
kendaraan mahasiswa FISIP. Di fakultas lain sama mumetnya, FH dan FE misalnya.
Parkirnya hingga di jalan utama UB. Maka jangan heran halaman GKB dan FIB
sekarang jadi tempat parkir yang asalnya halaman hijau rerumputan.
Apa solusi untuk
ini? Tak ada, kah? Apa kita hanya bisa nangis di toilet dekan? Oh itu tak
mungkin. Kita perlu bikin trobosan. Naik sepeda ke kampus? Sekalian hemat BBM
selain hemat tempat parkir. Meski beberapa hari belakangan BBM sudah bisa
diinstall di andorid. Iiih apa sih kok geje. Hahahaha...
Saya pernah
hitung, satu deret parkir di depan gedung B FISIP itu jumlahnya tiga puluh
limaan motor. Jika ada enam shaf ke belakang, maka jumlahnya sekitar 210 motor
parkir di halaman gedung B FISIP. Memenuhi syarat lah untuk shalat jum’at.
Depan gedung A berapa? Di samping dan belakang gedung A berapa? Tunggu dulu ya,
belum saya hitung. Ada sih beberapa sepeda pancat di situ, tapi jumlahnya
sedikit. Paling sepuluh banding seratus motor. Mobil malah makin banyak.
Ternyata mahasiswa di sini rata-rata berpunya.
Mahasiswa
Tanpa Parkiran
Masyarakat tanpa
kelas sudah kuno. Sejak kapan kelas sosial dihapuskan? Atau kapan akan dimulai
ide revolusioner tapi utopia itu? Mari kita duduk saja, menikmati dingin WC
bersama.
Seperti
kapitalisme, barangkali nanti hobi bermotor mahasiswa akan menemui
kontradiksinya sendiri. Mereka akan berhenti mengendarai motor kecuali untuk
perjalanan jarak jauh. Bayangkan saja, kos di kerto-kerto saja mereka bawa
motor. Kenapa tak sekalian bawa lemari dan kompor gasnya biar bisa piknik di
kampus? Heh... wkwkwkwkw.
Karena
kontradiksi di dalamnya sendiri, mahasiswa akan jenuh dengan parkiran penuh.
Mereka akan berhenti dengan sendirinya. Yang peduli lingkungan, cobalah untuk
mendorong perubahan kesadaran itu lebih cepat. Dengan apa? Mari pikir sendiri.
Kalau ditulis di sini nanti malah dijadikan doa. Hihihi.
Bagi mahasiswa
yang culun, coba lihat sendiri di Sosiologi. Ada peminatan lingkungan-nya, Buk.
Tapi tidak ada yang bisa bangun menancapkan gas untuk melihat FISIP lebih asri,
tidak penuh motor dan mobil yang hanya bikin mata kelilipan. Tidak ada yang
berusaha untuk melihat agar UB lebih tampak sebagai kampus daripada show
room mobil.
Bersambung...
Posting Komentar
0 Komentar