Tentang Natal

Macam-macam BC dan Jarkom tentang Natal di kalangan umat Islam:

1. "Mengucapkan selamat natal haram karena disamakan dengan membaca syahadat." Kok aneh. Ucapan selamat ya sebatas mendoakan. Sedangkan syahadat itu mempersaksikan.

2. "Mengucapkan selamat natal disamakan dengan mengakui ketuhanan Isa." Lho. Natalitas kan esensinya adalah kelahiran. Bukan penuhanan. Mengucapkan selamat atas kelahiran Isa itu disahkan al-Qur'an, "Salâmun 'alayya yauma wulidtu wa yauma amûmu wa yauma ub'atsu hayya..." Sedangkan mengakui ketuhanan Isa dalam trinitas memang dianggap syirik. Dalam al-Qur'an dijelaskan, "Laqad kafaral-ladzîna qâlû innallâ tsâlitsu tsalâtsah."

3. "Mengucapkan selamat natal wajib dalam rangka ukhuwah basyariyah wathaniyah." Ini konyol. Emakku terus berdosa karena ia tidak mengucapkan selamat natal karena di rumah tidak ada nonmuslim dan ia tidak punya Twitter atau Facebook kayak kita?

4. "Mengucapkan selamat natal sama hukumnya dengan melaksanakan ibadah di gereja." Ini dianggap perasan dari "Man tasyabbaha biqawmin fahuwa min hum." Tapi apakah bisa dibenarkan bahwa proses identifikasi diri ke dalam identitas tertentu berimplikasi kognitif pada keyakinan seseorang?

Yang lebih aneh dari semua itu, ada universalisme yang keliru, yaitu menganggap yang tidak mengucapkan sama dengan mengakui keharaman mengucapkan selamat natal, dan yang mengucapkan akan dituduh Sipilis (sekularis-pluralis-liberalis).

[pertanyaan yang mencari jalan tengah 'aql dan naql, atau akal dan nash]

Posting Komentar

1 Komentar

Gubuk Cerita mengatakan…
saya justru tertarik mempelajari sejarah natal. sayang sekali, pemahaman saya tentang sejarah natal baru bersumber dari karya-karya Dan Brown semata. mungkin kang mahalli bisa kasih saran referensi? :)