Catatan Harian
Taman Krida Budaya di Malam Minggu
Taman Krida Budaya Jawa Timur. Entah apa yang dilakukan
orang-orang. Datang berkumpul lalu bubar setelah merasa benar-benar kedinginan.
Ditambah rasa capek dan ngantuk mungkin. Para pengamen datang silih berganti. Sebelum
satu lagu selesai mereka pergi ke tumpukan manusia yang lain. Receh tambah
receh mungkin akan jadi triliun. Tak apalah, yang penting mereka tidak korupsi
walau kelihatannya usaha mereka sangat murahan sekali. Hem... bukan bermaksud
mengecam para pengamen, tapi seburuk nasib manusia-manusia di lingkunganku, tak
ada satu pun dari mereka yang menjadi pengamen.
Pindah ke soal manusia hobi menongkrong. Sisi jalan raya
mungkin Surga bagi mereka. Dan malam adalah momen paling eksistensial mereka. Memang
mengasyikkan. Apalagi ada rokok dan kopinya. Tak ada ban meledak di dekat
telinga rasanya, semua aman saja lalu perut menjadi tenang setenang lautan
teduh. Efeknya, sulit bangun pagi. Bukan masalah sih.
Mahasiswa dan para pelajar bagaimana? Karena saya menulis
dan melihatnya di malam minggu (Sabtu, 23 Juni 2012) maka saya melihat banyak
dari mereka usia kencur ulang alik seperti kereta tebu di Pasuruan. Sebentar-sebentar
datang dan pergi, lalu datang dan pergi lagi. Menarik. Inilah kota. Orang kota
doyan akan ketidakjelasan ya? Bukan katanya. Kota tidak selalu identik dengan
itu. Namun intensitas harmoninya jelas beda dengan desa.
Apa ya yang saya tulis. Jangan-jangan ini kekesalan. Hahahaha.
Jika banyak dari mereka datang untuk menikmati malam minggu, saya datang dengan
sahabat-sahabat untuk mengacau dan mengamati kekacauan. Datang dengan segerombolan
yang prematur, kami pindah-pindah tempat sesuai minat kepala masing-masing. Yang
paling menarik adalah mendekati mereka yang tampaknya memang mencari tempat
untuk ngobrol berdua. Pacaran, Men... Waaduh. Luar biasanya negeri ini karena rakyat
yang banyak tugas kuliah dan sekolah itu masih sempat-sempatnya pacaran.
Berita terkini, mereka sudah banyak yang pulang. Entah ke
mana, yang jelas setiap lelaki membonceng seorang perempuan. Siapa dengan
siapa. Ini pembagian yang sangat adil. Makanya jangan lihat keadilan di
pengadilan saja, di malam minggu juga ada. Bahkan orang jelek pacaran dengan
sesama orang jeleknya. Walaupun mungkin tak adilnya ada pada kemandegan
perbaikan gen, akibat orang jelek tidak menikah dengan orang cakep.
Sesampai di Jembatan Soehat, ada beberapa mahasiswa hendak
turun dari tengah jembatan. Ke bawah sana, sungai yang lumayan dalam itu. Latihan
memanjat mungkin. Tapi kalau malam-malam begini bukan sewajarnya, Mas Bro dan
Mbak Bro. Mendingan tidur saja. Hihihi. Ini penyakit gila yang saya temukan
malam ini selain lagu dari pengamen yang tak pernah diselesaikan. Jangankan stress,
bangsa ini akan menjadi bahan potong bebek angsa.
Posting Komentar
0 Komentar